You are currently viewing 7 Dosa Besar yang Harus Kita Hindari Saat Kita Berbicara

7 Dosa Besar yang Harus Kita Hindari Saat Kita Berbicara

‘Mulutmu, Harimau’ Setuju dengan frasa tersebut? Kata-kata yang terucap dari mulut manusia mungkin adalah salah satu dari alat paling powerful di dunia. Kata bisa memulai peperangan, kata bisa meningkatkan penjualan, bahkan kata mampu meneteskan air mata.

Namun kita sendiri sadar bahwa kehidupan kita menjadi makin bising dengan berbagai sumber suara yang penuh dengan kata. Janji para politisi di televisi, suara penyiar radio, iklan video di mesin pencarian Anda di internet, sampai suara para supir angkot yang ­ngetem di pinggiran jalan kota yang macet.

Pernahkah kita sadar bahwa terkadang atau bahkan sering kali kita berada dalam suatu percakapan dengan seseorang seperti saudara, teman, rekan kerja atau kekasih namun kata-kata yang keluar dari mulut mereka tak sampai menyentuh kepada dasar pemahaman kita? Kita hanya mendengar semacam bunyi-bunyian dari mulut mereka yang saling berinterferensi dengan segala jenis bunyi yang berada di sekitar kita. Tentunya kita juga pernah mengalaminya, berbicara tanpa seorang pun mendengarnya. Bukankah suara adalah sumber koneksi paling utama kita dengan dunia sejak kita balita? Pertanyaanya bagaimanakah kiat agar suara kita didengar?

Menurut sebuah buku berjudul ‘How to be Heard: Secret of Powerful Speaking and Listening’ karangan seorang ahli suara dan komunikasi, Julian Treasure, bahwa ada 7 dosa besar yang harus kita hindari saat kita berbicara. Dari sana, kita akan bisa membuat suara kita didengar dan mampu mengubah dunia. Tujuh kebiasaan ini sering menjebak kita setiap kali kita berada dalam sebuah percakapan;

1. Suka Gossip

Membicarakan sifat atau kehidupan personal dan terlebih keburukan orang lain yang sedang berada di luar percakapan. Tentu bukan rahasia lagi bahwa orang yang mengajak kita bergosip beberapa saat kemudian bisa berganti membicarakan kita saat kita sedang tidak hadir. Tak ada yang lebih cepat dalam merusak kepercayaan dan sebuah hubungan melebihi gossip. Apakah ada ajaran agama yang menganjurkan penganutnya untuk bergossip? Tak ada.

2. Judge Mental

Kita sebagai manusia memang terprogram untuk memiliki insting bertahan hidup / survival. Saat kita melihat sesuatu mengancam kita baik secara fisik atau mental seperti harga diri kita, secara otomatis kita akan masuk dalam mode defensif. Sehingga pada akhirnya kita menutup semua kemungkinan-kemungkinan. Orang yang sedang berada dalam mode seperti ini akan sulit untuk diajak berbicara dengan logis dan lebih terbuka.

3. Negativity

Tentunya Anda pernah sesekali bertemu dengan seseorang yang selalu memiliki prasangka buruk, selalu curiga, dunianya selalu mendung dan merasa menjadi korban atas segala hal di dunia. Matahari yang bersinar secerah apapun tak akan sanggup membawa keceriaan padanya. Kita akan merasa sangat berat mendengar orang yang penuh dengan pikiran negatif. Ketika kita sendiri tidak nyaman berada di sekitar orang berkarakter seperti lalu untuk apa kita memelihara pikiran negatif?

4. Suka Mengeluh

Mengeluh adalah salah satu bentuk lain dari kebiasaan membawa pikiran negatif. Tentu mengeluh adalah salah satu hal yang paling ringan untuk dilakukan. Kita semua bisa mengeluh tentang apapun; mulai dari cuaca, karakter politisi, kondisi ekonomi, olah raga, sifat atasan atau client kita dan masih banyak ribuan obyek lainnya untuk dikeluhkan. Kita semua tentunya sadar bahwa olah raga mengeluh ini tidak akan ada ujungnya hingga kita berbuat sesuatu. Menyebarkan keluhan tak akan membawa perbaikan sama sekali di dunia ini.

5. Beralasan / Berdalih

Tak sulit menemukan orang seperti ini. Kita semua pernah menemuinya dan kita sendiri pernah melakukannya. Menjadi seseorang yang ingin melepaskan tanggung jawab dan melemparkan seluruh kesalahan pada segala sesuatu di luar dirinya sendiri. Mereka ingin masalah mereka ditanggung oleh orang-orang di sekitar mereka untuk dijadikan kambing hitam. Tentu sulit untuk mendengarkan orang dengan karatkter seperti ini.

6. Berbohong

Melebih-lebihkan, mengurangi, menghapus atau merubah suatu informasi untuk kepentingan ego sendiri. Tak perlu dibicarakan lebih jauh kenapa kita semua akan menghindari orang berpredikat pembohong seperti ini. Lihatlah pernyataan salah seorang filsuf ternama, Friedrich Nietzsche tentang perilaku suka berbohong, “ I’m not upset that you lied to me, I’m upset that from now on I can’t believe you.”

7. Dogmatis

Orang yang kurang terbuka pikiranya akan menggabungkan antara fakta dan opini mereka. Saat kita mendengar seseorang mencampur adukkan kedua hal tersebut, kita seperti mendengar angin yang kencang masuk ke telinga kita tanpa ada yang bisa menahannya. Seperti saat kita mendengarkan orang yang sedang mencaci kita dengan pendapat mereka sembari bersikap bahwa mereka ini seolah-olah yang paling benar. Sulit bukan mendengarkan orang seperti itu?

Demikianlah lah 7 kebiasaan yang harus kita hindari menurut Julian Treasure, seorang ahli komunikasi dunia. Jika kita menginginkan agar suara kita akan didengar dan mampu membuat perubahan di dunia maka sebisa mungkin jangan melakukan ketujuh hal tersebut. Pada tulisan berikutnya akan kami sebutkan beberapa hal yang justru harus kita kerjakan agar suara kita didengar.

Artikel kelanjutanya akan Kami post pada laman blog di website Tirto Proyektor: Rental Proyektor Surabaya. Terima kasih !

tirtoproyektor

Tirto Proyektor mempunyai visi untuk menjadi All Total Solution terkait permasalahan proyektor Anda. Mulai dari konsultasi mencari proyektor baru, persewaan, hingga servis.

Leave a Reply